H. Akbar
Kepala Unit
Layanan Jenazah Arrafiiyah
Bulan!
Tidakkah dia begitu cantik dengan kesederhanaannya? Bulat, putih, bercahaya, itu saja. Namun di sanalah letak istimewanya.
Kita?
Seringkali
tak menyadari, kecantikan sejati ada pada murninya ciptaan, karena
memang DIA sebaik-baik pencipta. Merias sana sini, make up ini itu,
bahkan parahnya bertato, mengikir, menyambung rambut, membentuk alis,
dan tingkat keterlupaan tertinggi, operasi plastik! Tidakkah begitu
sayangnya lembar demi lembar uang yang dikeluarkan? Kalau saja digunakan
untuk membantu mereka yang bahkan untuk mencari sesuap nasi pun begitu
sulit, sudah berapa banyak yang terselamatkan? Dan lebih mengherankan
lagi, terlalu banyak ‘pemuja’, ‘penggemar’, ‘pendukung’ dari para mereka
ini. Ah dunia, telah begitu pintar membolak-balikkan fakta, menipu
dengan segala hiasannya!
Bulan!
Tidakkah dia begitu ikhlas?
Memancarkan sinar dirinya ke segala penjuru tanpa harap balas.
Prinsipnya memberi, lalu melupa, bukan menagih.
Kita?
Sayangnya
ego itu masih menguasai. Jangankan ikhlas, mencoba ‘tuk memberi saja
terlalu banyak alasan yang membelakangi. Kalau bisa bahkan diberi.
Kewajiban diri dilimpahkan pada yang lain, tak perlu lihat hal besar,
lihat saja hal-hal kecil di sekeliling. Meminta tolong akan hal yang
sebenarnya bisa kau lakukan sendiri. Ayolah diri, Islam itu mempunyai
derajat yang tinggi, maka yang menganutnya harus punya prinsip yang
tinggi pula, tidak akan dan tidak boleh ‘meminta’ selagi masih sanggup
membuka mata! Terkecuali bila keadaan begitu mendesak.
Bulan!
Dia
tak angkuh akan kedudukan. Waktunya singkat, tak sampai menutupi
seluruh malam hingga dijemput cahaya fajar. Namun hari-hari berikutnya
tetap sudi menghampiri.
Kita?
Kedudukan itu dicari, bahkan
kalau memungkinkan dibeli. Menyikut teman sendiri hal yang biasa, atau
mungkin telah menjadi warisan budaya? Merasa iri dan dengki dengan yang
lebih meraihnya. Ketika sinar itu meredup dan mengusir, tak ada lagi
rasa loyalitas diri, berpindah mencari sinar yang baru. Terus menerus
hingga terbuai. Tersibuk akan kesibukan duniawi, melupakan sang Pencipta
dan kodrat diri.
Kalau saja setiap orang tak hanya bisa
mengagumi, tapi juga bisa mengambil hikmah dari yang dikagumi, kan
banyak pembelajaran yang bisa dibagi.
Kalau saja tiap-tiap kebesarannya bisa tersurat menyampaikan pesan hikmah, terlalu banyak yang tersadarkan tanpa perjuangan.
Adilnya DIA, memberi jalan ‘usaha’ sebelum ‘berserah’, layaknya mencari ‘hidayah’ sebelum mendapat ‘hikmah’.
Hasby Rabbi Jalallah…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar