H. Akbar
Kepala Unit
Layanan Jenazah Arrafiiyah
“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri)
yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam
berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan
mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu.” (QS Al Baqarah: 148).
Imam
Ghazali mengatakan bahwa hati manusia ibarat cermin, sedangkan petunjuk
Tuhan bagaikan nur atau cahaya. Seandainya hati seseorang itu bersih
maka niscaya setiap langkahnya akan memancarkan cahaya kebaikan yang
dengan itu cahaya-nya akan sampai kepada yang lainnya. Bukankah
Rasulullah pernah mengatakan bahwa dalam diri manusia ada bagian yang
jika bagian itu baik, maka yang lainnya pun akan mengikuti baik?
Menata
hati merupakan langkah pertama sebelum menjalankan setiap aktivitas.
Karena saat hati kurang baik, maka akan memberikan dampak pula pada
aktivitasnya. Niat yang lurus, hati yang bersih dan ikhlas menjadi
syarat pertama dalam melaksanakan aktivitas.
Allah menyampaikan di
dalam Al Qur’an “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar
mereka beribadah kepadaku” (QS. Adzariyat 56). Menjadi kewajiban setiap
orang dalam mengisi waktunya dengan nilai-nilai kebaikan dan nilai
ibadah kepada Allah SWT. Mari manfaatkan setiap momentum kebaikan
menjadi ajang fastabiqul khairat untuk meraih ridha dari Allah
SWT dan kemuliaan di sisiNya. Bukankah kita orang-orang mukmin sudah
diberikan jaminan surga yang di dalamnya penuh dengan keindahan dan
kenikmatan yang tidak bisa dibayangkan oleh nalar manusia.
“Seorang
pun tidak mengetahuinya apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu
(bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan
terhadap apa yang telah mereka kerjakan”. (QS As Sajdah: 17)
“Allah
menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan
mendapat) surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di
dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga ‘Adn. Dan
keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang
besar”. (QS. At-Taubah: 72)
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka…”. (QS. At Taubáh: 111)
Menjadi
keberkahan yang membanggakan, saat kebaikan yang kita lakukan, amalnya
dirasakan orang lain dan buahnya dirasakan oleh kita sendiri. Sungguh
sangat indah dan manis rasanya saat batas masa kerja (kematian) tiba,
akan tetapi nilai kemanfaatan dari apa yang pernah kita lakukan tetap
terkenang dan dirasakan oleh mereka yang masih berkelana di dunia.
Rasulullah
SAW bersabda, “Apabila anak cucu Adam (yakni umat manusia) telah
meninggal dunia, maka telah putuslah amal perbuatannya, kecuali tiga
hal: Sedekah zariah, Ilmu yang bermanfaat, dan anak yang shalih yang
mendoakannya”. (HR. Muslim)
Rasulullah SAW pun pernah
bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT tidak melihat (menilai) bentuk tubuhmu
dan tidak pula menilai kebagusan wajahmu, tetapi Allah SWT melihat
(menilai) keikhlasan hatimu.” (HR. Muslim)
Rasulullah
menyampaikan kepada kita bahwa saat kematian hadir, maka semuanya
terputus kecuali tiga hal; sedekah zariah, ilmu yang bermanfaat, dan
anak yang shalih. Inilah isyarat-isyarat nilai-nilai ibadah, nilai-nilai
kebaikan yang Rasulullah ungkapkan yang akan terus mengalir meskipun
darah kita terhenti di dunia. Rasulullah pun menyampaikan bahwa nilai
kebaikan atas amal itu tidak dipandang dari baiknya pandangan mata dan
jasad saja. Akan tetapi kebaikan itu dilihat dan dinilai berdasarkan
keikhlasan hati di dalamnya.
Sungguh tidak ada kebaikan yang kecil
di sisi Allah SWT. Sekecil apapun kebaikan yang kita kerjakan, maka
Allah akan memberikan balasan yang sesuai, pun sebaliknya. Sekecil
apapun amal kebaikan yang kita lakukan, maknai bahwa itu adalah
sumbangsih kita untuk peradaban, sumbangsih kita untuk umat dan sekecil
apapun kejelekan yang kita lakukan, itu adalah sumbangsih kita untuk
peradaban. Artinya adalah sebuah kemunduran akan nilai dan peradaban
umat.
Selangkah untuk kebaikan lebih baik dari setapak kejelekan
yang dilakukan. Memiliki makna pembangunan dan kemunduran pada dimensi
keduanya. Bisa jadi amal yang sedikit itu merupakan amalan yang di
terima di sisi Allah. Belum tentu pula amalan yang banyak memiliki
jaminan akan di terimanya di sisi Allah SWT. Mari berikan energy-energi
keikhlasan dalam setiap aktivitas kita.
“Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat dzaraah, niscaya ia akan melihat balasannya” (QS. Azalzalah: 7)
Sebaik-baik manusia di antaramu adalah yang memberikan manfaat untuk orang lain (HR. Bukhari)
Seandainya
daun memberikan manfaat dari tumbuh hingga luruh, kita pun sama mari
meninggalkan manfaat untuk sekitar dari tumbuh hingga luruh.
Wallahu’alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar