H. Akbar
Kepala Unit
Layanan Jenazah Arrafiiyah
Hal yang paling menyakitkan bagi kebanyakan orang adalah kematian.
Bila diceritakan tentang kematian seolah-olah berakhirlah segalanya.
Musnah sudah semua yang sudah dirintis dan diusahakannya. Berakhir sudah
episode kehidupannya. Berhenti kisah hidupnya. Tak ada lagi yang dapat
dilakukan, hanya tinggal mengenang dirinya.
Bagi seorang muslim kematian merupakan bagian dari episode kehidupan
yang masih ada kelanjutannya. Tidak berhenti di pintu gerbang kematian
saja. Kehidupan di dunia adalah ladang bagi kehidupan selanjutnya, di
mana kehidupan tersebut adalah kekal abadi. Oleh karena itu bagi seorang
muslim, kematian adalah pintu gerbang yang mengarahkan seseorang menuju
keadaan dimana ia akan mendapat balasan atas segala perbuatannya.
balasan itu berujung pada dua cabang, yaitu kebahagiaan yang abadi atau
kesengsaraan yang tak berkesudahan.
Setiap muslim diajarkan bahwa ada kehidupan setelah kematian. Dengan
demikian setiap muslim diperintahkan untuk mempersiapkan diri mencari
bekal sebanyak-banyaknya agar mudah dihisab nanti. Rasulullah SAW
bersabda : “Orang yang cerdas adalah orang yang mengendalikan diri dan
bekerja untuk kehidupan setelah kematian.” (HR. Tirmidzi)
Dzikrul maut pada dasarnya melatih jiwa untuk terus mengenal dan
merasa diawasi oleh Allah SWT. Peristiwa kematian baginya bukan sesuatu
yang menakutkan, bukan juga merupakan keberakhiran hidup seseorang tanpa
mendapat balasan. Baginya peristiwa kematian merupakan pertemuan hamba
dengan penciptanya. Agar ia dapat bertemu dengan penciptanya dalam
kebahagiaan maka ia perlu menyiapkan sebaik-baiknya bekal. Dengan
persiapan inilah diharapkan kelak bila saatnya tiba ia akan menghadap
Rabbnya dengan keridhaan dari Rabbnya sehingga bahagia di sisi Allah
selamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar